Curhat Dosen UB: Banyak Lulusan Mahasiswa Menganggur dan Produk Riset Tak Tembus Pangsa Industri

Diposting pada
banner 336x280

– Dekan Fakultas Biologi Universitas Brawijaya, Prof Dr Syafrial Saleh SP, MS, PP IHK, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi.

Menurutnya, masalah-masalah ini lebih signifikan dibandingkan dengan lingkaran pendidikan lainnya seperti SD, SMP, atau SMA.

banner 468x60

“Masalah kita sekarang, sebenarnya bukan hanya itu, tapi salah satu masalah utama adalah banyaknya pengangguran di kalangan mahasiswa. Jadi, bukannya melihat banyak lulusan SD, SMP, atau SMA yang menganggur, pengangguran sebenarnya terjadi di kalangan lulusan perguruan tinggi,” tutur Prof Sutiman dalam wawancara dengan saya pada Minggu (05/01/2024).

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024 menunjukkan bahwa ada 842.378 orang yang tamat pendidikan tinggi, mulai dari sarjana sampai doktor, yang tidak terpekerjakan.

Profesor Sutiman mengemukakan bahwa hal ini disebabkan oleh Indonesia yang belum sepenuhnya bertransformasi menjadi negara industri.

Ia mengemukakan bahwa hubungan antara perguruan tinggi dan industri belum terjalin dengan efektif.

“Ya, industri itu sendiri karena sebagian besar adalah pemegang lisensi dari luar negeri. Sehingga, sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari industri yang ada di luar negeri. Ini artinya iklim untuk hubungan kerja ini belum baik,” ujarnya.

Prof Dr. Sutiman berharap pemerintah Indonesia dapat memberikan tindakan efektif untuk mengatasi masalah ini.

Ia membandingkan Tiongkok, yang saat ini berusaha menutup kekurangan yang ada dari Amerika Serikat dalam keterampilan industri dan teknologi.

“Kita lihat Cina itu mengejar Amerika, melalui perkembangan teknologi, aplikasi sains, dan hal-hal yang belum pernah ada di bagian lain dunia dilakukan. Nah, ini hanya bisa dilakukan kalau ada sinergi kerja yang baik,” jelasnya.

Selama lebih dari 40 tahun kariernya sebagai akademisi, Profesor Sutiman juga mengisyaratkan bahwa tidak semua produk penelitian yang telah dipatenkannya dapat masuk ke industri.

Ia mengekspresikan kekecewaannya terhadap hasil riset yang tidak dipraktekkan.

“Ia dipatenkan saja pada dasarnya, bahkan rasanya sudah dimatikan. Oleh karena itu menjadi tumpukan ide yang tidak dapat diterapkan.”, keluhnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Profesor Sutiman mengembangkan komunitas penelitian bernama Institut Molekul Indonesia yang berkolaborasi dengan klub Reverse Engineering and Homestasis.

Klub ini terdiri dari anggota yang menghadapi kesulitan produktivitas individu atau kualitas hidup yang kurang memadai.

“Tubuh kami memiliki gas-gas yang normal secara alami namun mengalami masalah ketika kami menua atau terkena penyakit degeneratif,” katanya.

,” tutupnya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *