AS Serbu Yaman Melalui Udara, Houthi Bertarung Kembali dan Klaim Menghancurkan Drone MQ-9 Reaper

Diposting pada
banner 336x280


Info Terbaru Indonesia

Serangan udara dari Amerika Serikat di daerah Yaman yang dikendalikan oleh kelompok Houthi sekali lagi mengakibatkan adanya korban tewas.

banner 468x60

Menurut media Houthi,
al-Masirah
Enam orang meninggal dunia dan lebih dari dua puluh lainnya cedera akibat serangan terkini di Provinsi Sanaa pada hari Minggu, 13 April 2025.

Al Jazeera
melaporkan adanya dua serangan lainnya yang menyerang area al-Yatmah di Distrik Khab dan al-Sha’af di Provinsi al-Jawf, bagian utara dari Yaman.

Kelompok Houthi mengklaim bahwa AS berada di belakang serangan yang mereka lakukan dengan sasarannya adalah fasilitas sipil seperti pabrik keramik di daerah Bani Matar, Sanaa.

Rekaman dari
al-Masirah
menunjukkan kilatan api yang besar serta regu penyelamat mengangkat para korban dari tempat kejadian yang kacau-balau.

Arab News
menyatakan bahwa petugas pemadam kebakaran bersusah payah mematikan api di antara reruntuhan gedung.

Pada pengumuman tersendiri, kelompok Houthi menyatakan bahwa mereka berhasil menjatuhkan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper yang dimiliki Amerika Serikat di atas wilayah Provinsi Hajyah dengan menggunakan misil produksi dalam negeri.

Pusat Komando Militer AS (CENTCOM) menyebut bahwa mereka telah mendengar tentang laporan tersebut, tetapi belum memberikan pernyataan tambahan yang pasti.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree menyebut ini merupakan kali keempat mereka berhasil menjatuhkan drone Reaper dalam dua pekan terakhir.

Pesawat tanpa awak MQ-9 Reaper yang diproduksi oleh General Atomics berharga sekitar US$30 juta tiap unitnya, dapat mencapai ketinggian hingga 12.000 meter serta bisa bertahan di langit selama lebih dari 30 jam.

Pesawat ini sering dipergunakan oleh Amerika Serikat dan CIA pada misi militernya di Afghanistan, Irak, serta saat ini juga di Yemen.

Mulai tanggal 15 Maret 2025, Amerika Serikat sudah menggelar lebih dari 200 serangan udara ke arah kelompok Houthi berdasarkan izin langsung dari Gedung Putih di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Serangan-serangan tersebut dikatakan menyerang peluncur roket, basis militer, serta tokoh tinggi Houthi. Ini dilakukan sebagai balasan atas serangan mereka yang mengganggu aktivitas pelayaran di Laut Merah dan Selat Aden.

Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Houthi menyatakan bahwa lebih dari 120 orang sudah meninggal dunia sejak operasi udara dimulai.

Kelompok Houthi menuduh AS membunuh warga sipil, menghancurkan fasilitas militer dan memaksa ribuan keluarga mengungsi.

Tindakan kekerasan tersebut bermula dari perselisihan besar-besaran yang terjadi usai peperangan meletus di Gaza pada bulan Oktober tahun 2023.

Houthi memulai penyerangan ke kapal komersial dan militer yang dicurigai memiliki hubungan dengan Israel dan Amerika Serikat sebagai wujud dukungannya kepada Palestina.

Setelah Israel memutus aliran pasokan ke Gaza di awal Maret dan kemudian meneruskan operasinya yang militernya pada tanggal 18 Maret, kelompok Houthi pun menambah serangan mereka.

Kemarin Minggu, Houthi menyatakan telah menembakkan misil ke basis militer Israel yang terletak di Ashdod serta Bandara Internasional Ben Gurion.

MILITER ISRAEL MENGAKUI ADANYA UPAYA SERANGAN TETAPI MENYATAKAN BAHWA MERKA BERHASIL MEMBLOKKIR RUDAL YANG MASUK.

Houthi juga menyatakan sokongan mereka kepada perjanjian gencatan senjata di Gaza yang telah disetujui oleh Israel dan Hamas.

Mereka menegaskan bahwa mereka akan berhenti melancarkan serangan apabila gencatan senjata diaktifkan kembali.

Lebih dari seratus kapal sudah menjadi sasaran kelompok Houthi sejak bulan November tahun 2023, dengan dua di antara mereka karam dan mengakibatkan kehilangan nyawa empat orang nelayan.

Di sisi lain, usaha untuk menggempur kapal perang Amerika Serikat sampai saat ini masih belum berhasil.

Serangan udara Amerika Serikat memperlihatkan peningkatan, sebab saat ini tidak hanya fokus pada sasaran seperti instalasi peluncur roket, tapi juga mulai menyerang perkotaan dan pribadi-pribadi militernya yang berarti bagi kelompok Houthi.

Langkah tersebut juga dikenal sebagai bagian dari upaya Washington menekan Iran mengenai program senjata nuklir yang semakin maju.

Iran menyangkal memiliki senjata untuk Houthis, walaupun sejumlah peralatan militer buatan Teheran ditemukan pada kiriman lautan yang ditahan saat en-route ke Yaman.

PBB sudah menerapkan larangan senjata kepada kelompok Houthi sejak intensitas konflik bertambah.


(Informasi Terkini Indonesia, Andari Wulan Nugrahani)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *